Luar Biasa, Iphone yang Hilang di Mall ternyata dapat Ditemukan Kembali. Ini Rahasia Uniknya….

<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"> <a href="https://3.bp.blogspot.com/-6er9qPrWhLI/WPqaH94bKOI/AAAAAAAABSM/mKcPqTg9xLIBCv_ogNRHLm2M0at5MrJlwCLcB/s1600/amazing.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="240" src="https://3.bp.blogspot.com/-6er9qPrWhLI/WPqaH94bKOI/AAAAAAAABSM/mKcPqTg9xLIBCv_ogNRHLm2M0at5MrJlwCLcB/s320/amazing.jpg" width="320" /></a></div> Superteen-Camp oleh Ernest Wong dan Tung Desem Waringin baru selesai diadakan di Bandung. Michelle, putri bungsu kami menjadi salah satu pesertanya. Graduation berlangsung sampai malam dan Michelle ingin main ke Trans Studio maka kami memutuskan untuk menginap di Trans Luxury Hotel selama dua malam.<br /><br />Keesokan sorenya, setelah puas bermain, Michelle menelpon. Kami bertemu di Bandung Mall yang tepat berada di samping hotel sambil dinner. Michelle bercerita jika Iphone-nya low-batt tinggal 1% jadi dimatikan. Acara malam itu dilanjut dengan shopping. Di sebuah toko pakaian olah raga, Michelle memilih dan mencoba beberapa potong pakaian yang disukainya di fitting room. Diletakkannya Iphone di rak yang ada di sana. Selesai memilih dan membayar, kami menjelajah toko-toko lainnya.<br /><br />Puas shopping kami kembali ke hotel. Michelle pun mandi sementara saya dan suami beristirahat dengan santainya. Saat keluar dari kamar mandi, Michelle berujar “Ma, besok mall buka jam berapa ya? Kelihatannya Iphone-ku ketinggalan di rak fitting room toko pakaian olah raga.” Wow… segera saya melihat arloji. Ternyata pk. 21.25. Mall masih buka. Segera saya bergegas mengajak Michelle kembali ke toko tersebut.<br /><br />            Begitu tiba, Michelle langsung menuju fitting room dan mencari Iphonenya. Nihil. Iphone hadiah ulang tahun, nampak baru dan bagus. Seperti tebakan suami saya, kalau handphone ketinggalan, pasti hilang. Kami menanyakan kepada si Mas penjaga toko …”Ga kelihatan ada handphone di sana. Dari tadi banyak orang yang ke luar masuk fitting room mencoba baju. Mungkin ditemukan salah satu dari mereka” demikian jawabnya dengan sikap tidak peduli. Toko-toko lain pun ditelusuri kembali tapi nihil.<br /><br />Michelle segera menelpon Nicholas, kakaknya di Jakarta. Segera Nicho mencoba mencari posisi Iphone tetapi tidak bisa karena dalam keadaan mati. Lalu dia menuliskan pesan pada lost-mode, memberitahukan bahwa Iphone adiknya hilang dan tidak lupa meminta orang yang menemukan untuk menghubunginya, lengkap dengan info nomor telpon Nicho. Harapan tipis bisa ditemukan, itu pikiran kami. HP Android saya hilang di Jogja beberapa waktu lalu, raib tak berbekas hingga kini.<br /><br />Keesokan paginya, saya teringat sesuatu teknik baru yang sedang saya pelajari. Tuhan sudah berjanji, jika saya mempunyai iman sebesar biji sesawi saja, saya akan dapat memindahkan gunung (persoalan) yang saya hadapi. Mengapa sulit untuk memiliki iman yang sebesar biji sesawi, padahal biji sesawi adalah biji yang terkecil di dunia bahkan bagaikan debu karena kecilnya? Karena kita seringkali terjebak oleh pemikiran HOW: bagaimana caranya bisa ditemukan? Dan WHEN: kapan bisa ditemukan? Padahal siang ini kami akan kembali ke Jakarta. Teknik ini mengajarkan untuk IMAGINE from THE END. Jadi saya membayangkan dengan penuh sukacita memberitahu Michelle, “Puji Tuhan Chelle, Iphone-mu sudah ditemukan.” Meski rasanya tidak masuk akal, toh ga ada ruginya dicoba. Berulang-ulang saya menggambarkan hal itu dalam benak ini, dan makin lama makin bersemangat dan optimis meski tidak bisa membayangkan bagaimana caranya bisa ditemukan.<br /><br />Acara pagi itu setelah breakfast Michelle perlu check kesehatan untuk keperluan internship. Kami pun ke rumah sakit, sementara Pak Indra, suami saya rencananya akan mengunjungi pabrik temannya. Sekitar pukul 12, telpon saya berbunyi… ternyata Nicho yang telpon memberi kabar, Iphone Michelle ditemukan dan sekarang ada di counter Iphone Bandung Mall tetapi perlu ID dan password untuk membuktikan bahwa ini betul-betul milik Michelle. Harus diambil sekarang karena 2 jam lagi pemilik Iphone store akan ke Jakarta. Saya hubungi suami, Puji Tuhan … ternyata masih di hotel. Segera saya minta Pak Indra mengambil Iphone Michelle ke mall.<br /><br />Dalam perjalanan ke counter Iphone, Pak Indra bertemu dengan seorang polisi, yang langsung dimintai tolong untuk menjadi saksi. Rupanya pagi itu ada karyawan toko sport yang titip untuk men-charge Hp Iphone di counter Iphone tersebut. Begitu battery terisi dan ada signal, segera muncul pesan dari lost-mode bahwa ini hp iphone yang hilang. Pemilik counter iphone segera menelpon nomor dalam message tersebut dan berbicara dengan Nicho. Dari situlah Nicho bisa memperoleh informasinya. Lalu pemilik counter iphone memanggil karyawan toko sport tadi beserta managernya untuk dipertemukan dengan Pak Indra. Setelah pembuktian selesai, Iphone Michelle pun dikembalikan.<br /><br />Sungguh ini sebuah pengalaman yang menarik dan tak terduga. Cara Tuhan membuka jalan untuk mengembalikan Iphone Michelle jauh dari bayangan yang bisa saya pikirkan! Ini sungguh sebuah mujijat!<br /><br />Tuhan mengatur segala sesuatu secara detil. Pertama, untunglah Iphone itu di charge di mall, jika orang tadi memilih men-charge sore hari di dekat rumahnya, belum tentu ada orang yang bersedia menelpon memberi kami informasi dan mengembalikannya. Kalau pun mau dikembalikan, kami kesulitan untuk mengambilnya. Sore itu, kami sudah pulang ke Jakarta. Kedua, kebiasaan Pak Indra tidak mau membuang waktu. Sejak kemarin dia bilang akan ke pabrik temannya setelah breakfast. Tetapi hari itu hingga pukul 12 siang, dia masih di hotel sehingga begitu ada kabar, bisa langsung ke mall. Jika Pak Indra sudah pergi ke pabrik temannya, mustahil untuk kembali ke mall dalam waktu 2 jam, mengingat pemilik counter Iphone akan ke Jakarta pada pukul 2 siang dan macetnya Bandung, apalagi pabrik teman Pak Indra berada di sisi lain kota Bandung. Rancangan Tuhan sempurna dan semua tepat pada waktunya. Betapa dahsyatnya Allah kita.<br /><br />Dia berjanji, tidak ada yang mustahil bagi orang percaya. Karena itu Aku berkata kepadamu: apa saja yang kamu minta dan doakan, percayalah bahwa kamu telah menerimanya , maka hal itu akan diberikan kepadamu. Jadi sudah sewajarnya jika pagi itu saya berdoa dan percaya bahwa saya sudah menerimanya dengan membayangkan bahwa Iphone Michelle sudah ditemukan maka hal itulah yang akan terjadi sesuai dengan janji-Nya.<br /><br />Mengapa teknik ini seringkali gagal? Karena ragu-ragu dan pikiran kita terus menerus memikirkan betapa mustahilnya Iphone bisa ditemukan. Untuk menjaga agar bisa terus berpikir positif, saya berhenti memikirkan masalah Iphone dan berkonsentrasi pada janji-janji-Nya. Semakin memperkatakan dalam hati apa yang dijanjikan-Nya, hati ini kian berkobar penuh semangat bahwa doa akan terkabul. Teknik sederhana yang saya pelajari, dan pembuktian keberhasilannya, membuat saya ingin men-sharingkannya dengan teman-teman semua.<br /><br />Siap mencoba????<br /> <br /><a href="https://3.bp.blogspot.com/-kWtYCmq7EDY/U-rXbUbOCUI/AAAAAAAAAkg/oddyB4lRZgsYzkgUmmcu2-f0E7fcqzeAQCPcB/s1600/yenniindra2.JPG" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="200" src="https://3.bp.blogspot.com/-kWtYCmq7EDY/U-rXbUbOCUI/AAAAAAAAAkg/oddyB4lRZgsYzkgUmmcu2-f0E7fcqzeAQCPcB/s200/yenniindra2.JPG" width="150" /></a><br /><br /><i><b>Oleh: YennyIndra.</b></i><br />Traveller, Family Growth Inspirator<br /> <br /> <b>Baik Untuk Dibaca</b><br /> <b><a href="http://www.kibaidlongori.org/2015/10/dua-jam-bersama-tuhan.html" target="_blank">Dua Jam Bersama Tuhan</a></b><br /> <b><a href="http://www.kibaidlongori.org/2014/08/facebook-black-berry_19.html" target="_blank">Facebook BlackBerry</a></b><br /> <div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"> <a href="https://3.bp.blogspot.com/-kWtYCmq7EDY/U-rXbUbOCUI/AAAAAAAAAkg/oddyB4lRZgsYzkgUmmcu2-f0E7fcqzeAQCPcB/s1600/yenniindra2.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><br /></a></div> <br />

Luar Biasa, Iphone yang Hilang di Mall ternyata dapat Ditemukan Kembali. Ini Rahasia Uniknya….

Superteen-Camp oleh Ernest Wong dan Tung Desem Waringin baru selesai diadakan di Bandung. Michelle, putri bungsu kami menjadi salah satu p...

Klik untuk baca selanjutnya »

RECONCILIATION IN THE BODY OF CHRIST

<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"> <a href="https://1.bp.blogspot.com/-GS4uKmcBjpU/WPL2DCm8SuI/AAAAAAAABR8/DkvKNeLQi-ch201z0FzpWiJqfnFiVZJiACLcB/s1600/thebodyofchrist.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="125" src="https://1.bp.blogspot.com/-GS4uKmcBjpU/WPL2DCm8SuI/AAAAAAAABR8/DkvKNeLQi-ch201z0FzpWiJqfnFiVZJiACLcB/s200/thebodyofchrist.jpg" width="200" /></a></div> We have to distinguish between what is right for us, as individuals, and what is right for the Church. We are free to minister to whomever we might feel led to minister. We do not have to minister to everyone equally. We can minister to the homeless, developmental disabled, or to Eskimos. However, it is another thing to insist that the Church must minister to one particular group of people. In fact, Scripture even argues against showing favoritism:<br /><br />·       My brothers, as believers in our glorious Lord Jesus Christ, don't show favoritism… If you really keep the royal law found in Scripture, "Love your neighbor as yourself," you are doing right. But if you show favoritism, you sin and are convicted by the law as lawbreakers. (James 2:1, 8-9; NIV)<br /><br />Although James had used the poor as his example, this same principle applies across the board to people of different races, nationalities, languages, and skin colors. Nevertheless, we do discriminate when it comes to categories where the Bible demands that we discriminate – choosing elders and deacons, judging between guilt and innocence, and even according to age.<br /><br />Let me give you another example where what might be right for us, might not be right for the Church. We are free to eat whatever we want and to opt for vegetarianism. However, we do not have the freedom to impose vegetarianism upon the Church or to impose anything else that Scripture does not impose (Romans 14:1-4; Colossians 2:16-17):<br /><br />·       The Spirit clearly says that in later times some will abandon the faith and follow deceiving spirits and things taught by demons…They forbid people to marry and order them to abstain from certain foods, which God created to be received with thanksgiving by those who believe and who know the truth. (1 Timothy 4:1-3)<br /><br />While, I can abstain from certain foods, I cannot impose my preference on the Church. Likewise, if someone feels led to not marry, this is entirely acceptable as long as he does not impose this on others, as if it is God’s Word.<br /><br />Let’s apply this to racial division. A racial specialist spoke at our church and insisted that racial reconciliation depended upon racial preference. He claimed that we should chose church leaders and elders based upon race in order to compensate for the depravations that people of color (POC) have experienced in the past.<br /><br />I can appreciate his concern. I too am deeply grieved that we remain racially divided and long to see Jesus’ prayer for oneness and unity (John 17:20-23) fulfilled. I also long to show the world what Christ can accomplish in terms of breaking down the barriers.<br /><br />Personally, I even feel led to “discriminate” in favor of POC. I try to make a special effort to greet them warmly, even as I pass strangers on the street. However, my preference should not be made into Church law. It shouldn’t be made into another entitlement, where one group demands ministry from the Church over another group.<br /><br />I want to be able to give freely, as I feel led, without it being imposed upon me as a requirement. I do not want to be robbed of my joy of giving, even less to be required to give, because my alleged guilt and complicity with a “racist system” has made this an obligation.<br /><br />This would institute racial discrimination as the norm, replacing our equality in Christ:<br /><br />·       You are all sons of God through faith in Christ Jesus, for all of you who were baptized into Christ have clothed yourselves with Christ. There is neither Jew nor Greek, slave nor free, male nor female, for you are all one in Christ Jesus. (Galatians 3:26-28)<br /><br />To institute racial preferences into the Church would undermine our unity in Christ. Besides, it is just another form of racism – reverse racism. Shouldn’t we instead return to M.L. King’s ideal to not judge others according to the color of their skin! Racism only begets more racism.<br /><br />Nevertheless, if we are guilty of this sin, we must confess and repent. All forms of reconciliation require no less than this. Consequently, I applaud the fact that the Southern Baptists have confessed their guilt in regards to segregation. I think that many other parties also need to confess their guilt. However, guilt is not the exclusive property of just one skin color. Biblically, we are all required to examine ourselves (1 Cor. 11:28-32), a truth that is often neglected.<br /><br />However, the concept of “white privilege” or guilt-by-skin-color has entered the Church, requiring whites to privilege POCs because of their alleged sins. However, guilt-by-skin-color is not a Biblical concept. Instead, it is a concept that violates Biblical teachings.<br /><br />Consequently, I charged the racial specialist of importing racial standards into the Church against Scripture. However, he could not justify this Biblically. Why not? His solution is not a Biblical solution but a failed progressive solution, one that seems to have actually contributed to the increasing racial divide.<br /><br />What is the Biblical solution? In love, maintaining the unity of the Spirit bought by the blood of Christ, in whom we are all one:<br /><br />·       Make every effort to keep the unity of the Spirit through the bond of peace. There is one body and one Spirit-- just as you were called to one hope when you were called--one Lord, one faith, one baptism; one God and Father of all, who is over all and through all and in all. (Ephesians 4:3-6)<br /> <br /> <i><b>Author  : Ps .Daniel Mann</b></i><br /> <i><b><br /></b></i> <div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"> <a href="https://2.bp.blogspot.com/-Z3QOE-D_Ttg/Ulh2p6GTwrI/AAAAAAAAAaw/TLEqsGlJ9fsRr0rXC7KR90hob_0Qas4xACPcB/s1600/Danielmann.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="149" src="https://2.bp.blogspot.com/-Z3QOE-D_Ttg/Ulh2p6GTwrI/AAAAAAAAAaw/TLEqsGlJ9fsRr0rXC7KR90hob_0Qas4xACPcB/s200/Danielmann.jpg" width="200" /></a></div> <br /> <br /> <br /> <br /> <br /> <br /> <br /> <br /> <br /> <b>Baik Untuk Dibaca</b><br /> <b><a href="http://www.kibaidlongori.org/2014/06/kepedulian-yesus-bagi-rumah-tangga_26.html" target="_blank">Kepedulian Yesus Bagi Rumah Tangga</a> </b><br /> <b> </b>

RECONCILIATION IN THE BODY OF CHRIST

We have to distinguish between what is right for us, as individuals, and what is right for the Church. We are free to minister to whomever...

Klik untuk baca selanjutnya »

Renungan: Bohong

<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"> <a href="https://2.bp.blogspot.com/-O7POCNotxyY/WN8kqIHi94I/AAAAAAAABRo/JBcP_CTe1p0Vh-0P9DSTAFGLz6Ivl5bzgCLcB/s1600/bohong.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="160" src="https://2.bp.blogspot.com/-O7POCNotxyY/WN8kqIHi94I/AAAAAAAABRo/JBcP_CTe1p0Vh-0P9DSTAFGLz6Ivl5bzgCLcB/s320/bohong.jpg" width="320" /></a></div> Tentu bohong adalah salah, tapi tidak sesederhana itu pernyataannya. Yang terjadi adalah mengapa ada orang baik bisa berbohong? Itu bukan semata karena dia tahu kebenaran atau tidak, tapi soal nilai. Walaupun dia tahu berbohong adalah salah dan nilainya hakiki, tapi ada nilai di sekitar kita yang disebut nilai budaya yang kadangkala membenarkan kebohongan untuk keharmonisan, relasi dan kebaikan. Daripada merusak hubungan, maka bohong dianggap boleh bahkan baik. Waktu kecil, saya diajarkan budaya kalau ditanya sudah makan atau belum, maka jawabnya harus “sudah” sekalipun belum. Karena bila katakan secara jujur belum, maka dianggap ada masalah dalam keluarga yang dulu umumnya agraris. Boleh jadi karena mereka malas kerja atau memang tak tahu malu mau minta-minta makan (alias “calep” dalam Bahasa Bali). Jadi harus jaga gengsi sehingga berbohong dianggap baik untuk menjaga martabat keluarga.<br /> <br /> Umumnya dianggap nilai relasi dan harmonis jauh lebih tinggi dari nilai moral bohong ini. Contoh lain, ada teman asesor yang marah-marah waktu melihat dan menilai dokumen Borang akreditasi di satu sekolah yang amburadul. Tapi begitu berhadapan dengan pimpinan sekolah dan rekan-rekannya dalam asesmen lapangan, teman saya yang marah-marah ini baik sekali tuturnya. Dia bilang, yah ini sudah ada upaya, sehingga kita menghargai upaya yang baik ini sehingga perlu ditingkatkan. Padahal waktu di penilaian dokumen berbeda sikapnya. Tentu penilaian tetap obyektif, tapi umumnya orang tidak berani menyampaikan kebenaran. Kalaupun disampaikan pasti berbelok-belok dengan kalimat berbunga sehingga maksud menjadi kabur.<br /> <br /> Begitulah dengan bohong, ada banyak cerita di sekitar kita tentang pertentangan nilai antara bohong dan nilai harmonisasi dan relasi. Bagaimana solusinya? Tetap konsisten dengan nilai moral kejujuran sebagai yang tertinggi, sambil mempelajari nilai budaya itu sehingga ditemukan solusi menyatakan kebenaran tanpa menghancurkan harmoni dan relasi. Tanpa itu kita akan menjadi bangsa dan komunitas yang munafik dan menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan (DR)<br /> <br /> Bacaan FT: <span style="color: blue;"><i>Janganlah kamu mencuri, janganlah kamu berbohong dan janganlah kamu berdusta seorang kepada sesamanya (Imamat 19:11)</i></span><br /> <br /> <div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"> <a href="https://1.bp.blogspot.com/-WeYI7LJCV8o/Uu4I1zvjbXI/AAAAAAAAAe4/CV8bWtY2Zacn-002abyYhZgNz59HkWAZgCPcB/s1600/daniel%2Bronda.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="141" src="https://1.bp.blogspot.com/-WeYI7LJCV8o/Uu4I1zvjbXI/AAAAAAAAAe4/CV8bWtY2Zacn-002abyYhZgNz59HkWAZgCPcB/s200/daniel%2Bronda.jpg" width="200" /></a></div> <b>Author : Pdt Dr. Daniel Ronda</b><br /> <br /> <br /> <br /> <br /> <br /> <br /> <br /> <b>Baik Untuk Dibaca</b><br /> <b><a href="http://www.kibaidlongori.org/2016/04/basa-basi.html" target="_blank">Basa Basi</a> </b><br /> <b><a href="http://www.kibaidlongori.org/2016/07/4-tips-jitu-membangun-integritas-untuk.html" target="_blank">Tips Membangun Integritas</a> </b><br /> <b><a href="http://www.kibaidlongori.org/2015/09/wisuda-istimewa-universitas-keluarga.html" target="_blank">Wisuda Istimewa Universitas Keluarga</a> </b><br />

Renungan: Bohong

Tentu bohong adalah salah, tapi tidak sesederhana itu pernyataannya. Yang terjadi adalah mengapa ada orang baik bisa berbohong? Itu bukan ...

Klik untuk baca selanjutnya »